AKAR DAN ASAL MULA SAINS BARAT

Jika kita bicara soal hukum atau ilmu-ilmu sosial, terlepas dari benar atau salah, seseorang mungkin akan mengandalkan kekuatan pikiran dan kematangan bahasa serta sebagian besar dari pengalaman si penulis dan berharap agar mereka yang memiliki keunggulan tersebut mampu menciptakan penalaran yang rasional, dan barangkali orang lain akan menganggapnya yang terbaik . Tetapi lain halnya dalam sains alam, siapa pun yang memiliki kesimpulan yang sahih dan tidak perlu lagi memikirkan posisinya dalam mempertahankan kebenaran itu sehingga akan terdapat beribu-ribu  Demostheheneses dan Aristoteles yang selalu siap mencari kebenaran.
                                                                                                                                    Galileo Galilei


    Pandangan sains yang absolut semacam ini menjadi panji peradaban Barat selama empat abad terakhir, bahkan sejak Galileo dan rekan-rekan sezamannya yang mengemukakan pandangan tersebut .Ia merupakan pemikiran yang dielaborasi oleh Francis Bacon diawal abad ke-17. Yang menjadi inti dari metode ilmiah Bacon itu adalah penelitian ilmiah yang dimulai dari pengumpulan data yang dapat diamati secara terbuka, disertai dengan pengembangan hipotesis itu melalui eksperimen. pembuktian hipotesis secara empiris membantu memperkuat posisi hukum ilmiah, menjadi satu tambahan permanen dalam tubuh sains tertentu.
    sebaggai contoh, anggaplah ada seorang ilmuwan bermaksud meneliti hubungan antara tekanan dan volume massa gas pada suhu tetap ( sekarang dikenal  sebagai hukum Boyle). sebagai permulaannya, dia mungkin melakukan serangkaian eksperimen dengan gas pada tekanan yang berbeda-beda, sambil mencatat perubahan volume yang dihasilkan. Setelah data dikumpulkan, ilmuwan tersebut mencari beberapa segi umum yang mampu melukiskan hasil penelitiannya secara menyeluruh.

Andaikan sains bukan bangunan intelektual yang unik, seperti yang diperankan dewasa ini, andaikan sejarah sains itu bukan sejarah gerakan-gerakan yang berulang-ulang menuju kebenaran mengenai alam semesta, tapi lebih sebagai sejarah bangunan beraneka ragam realitas sosial yang disampaikan melalui sains, ilmuwan dan masyarakat, maka muncul kemungkinan lebih, rangkaian aspek-aspek alam semesta yang multi dimensi yang kesemuannya itu diilhami oleh esensi masyarakat islam.
                                                                   Glyn Ford, dalam Sardar,The Touch of Midas,hlm.34-35.

Tidak ada komentar: